Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Cerpen ; ALHAMDULILLAAH


 

Ketika melewati pintu keluar “Ada Supermarket”, tiba-tiba detektor di pintu keluar berbunyi. Sontak saja saya  dan Arvin  saling pandang khawatir.  Semua mata tertuju pada kami berdua. Dengan sigap petugas keamanan menghampiri kami.

“Mari Adik-Adik, ikut saya ke kantor!”, kata seorang berseragam coklat kepada kami.

“Maaf Bapak, saya merasa tidak melakukan apa-apa. Tapi mengapa ....”

“Mari ikut saya,  jelaskan di kantor saja!” potong sekuriti lagi.

Saya membawa tas belanjaan, sementara Arvin membawa tas punggungnya. Kulihat mata Arvin mulai berkaca-kaca. “Dasar anak cengeng!”  kataku sambil mengacak rambutnya. “Tenang ada Abang.” lanjutku untuk menenangkan hatinya.

Sesampai di depan kantor, hanya aku yang diperbolehkan masuk dengan barang belanjaan. Sementara Arvin menunggu di luar kantor. Sebelum masuk kantor sekuriti, kusempatkan menguatkan kembali hati Arvin. Sesampai di dalam kantor, saya diinterogasi.

“Maaf Dik, boleh saya pinjam KTP-nya? Sekalian struk dan barang belanjaannya?” tanya satpam dengan santun.

“ Oh, boleh.” Jawabku sambil mengulurkan KTP, kertas kecil yang sejak tadi kugenggam dan tas belanja.

Setelah menyalin identitasku dalam buku, tas belanja dijungkir hingga semua barang dalam tas berhamburan keluar. Kemudian dicocokkan satu persatu dengan isi struk. Ada  beberapa barang yang tidak dimasukkan kembali ke dalam tas belanjaan.

“Maaf Dik, ada beberapa barang yang tidak tertera dalam struk, Adik sudah berusaha ngutil barang-barang ini.” kata satpam yang papan namanya bertuliskan Andi.

“Saya tidak merasa mengambil barang-barang ini Pak!” jawabku menghiba.

“Pak Yusro, coba suruh masuk adik yang satunya!” kata Andi.

Arvin masuk ke ruangan bersama orang yang dipanggil dengan sebutan Yusro tadi.

Ketika kedua satpam itu menyalin identitas Arvin, lebih dulu kuberitahu bahwa dalam tas belanjaan kami ada beberapa barang yang tidak masuk dalam struk. Mendengar penuturanku, Arvin langsung berjongkok didepanku.

“Maaf ya Bang, saya telah melakukan semua ini.” Katanya.

“Mengapa Vin? Kalau kau minta, Abang akan beliin. Mengapa harus dengan cara seperti ini?” sahutku agak keras. Arvin yang tidak pernah mendengar kata keras dariku, langsung lari menjauh dariku. Akhirnya aku mengejarnya. Kedua satpam itupun tak mau ketinggalan dalam adegan kejar-kejaran kami. Arvin keluar dari pintu supermarket dan lari sekencangnya menyebrang jalan. .Dari arah kiri dan kanan jalan banyak kendaraan. Dan...

“Ciiit...ciiit, brak!” sebuah mobil tak dapat menghindari tubuh Arvin.

Tubuh Arvin terpelanting dan jatuh di trotoar.

“Arviiin...!” Aku menangis sejadi-jadinya.  Tubuhku terasa diguncang-guncang, bahkan kurasakan percikan air juga mengenai wajahku. Kubuka mata, Arvin membangunkanku.

Alhamdulillaah, ternyata hanya mimpi.

 

Pengirim XII MIPA-2

2 komentar untuk "Cerpen ; ALHAMDULILLAAH"

  1. Alhamdulillah.. karya pertama siswa siswi kita.. semoga menjadi inspirasi siswa lain untuk kembali menuangkan bakat minat, ide dan kreativitas nya melalui e Mading Eksismanera

    BalasHapus